Yang Terpendam

Saat...
Kudengar lagi suaranya
Hanya bahagia memenuhi isi dada
Karna, kita bisa jalan berdua

Ketika...
Kau genggam erat tanganku
Melangkah dalam diam dan ragu
Aku hanya bisa tergugu, serba kelu

Bicaralah,...
Aku hanya bisa menjaga sisi hati
Agar kita bisa semakin dekat berdiri
Dalam bisu, tanpa ada kata ..mengiringi

Ah...bicaralah
Agar yang terpendam sejak lama
Bisa mengikat hati kita
Dalam CINTA

Persahabatan


Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.




Persahabatan
Penantian Tiada Arti

matahari menyinari kamar ini
ku dengar kokok ayam menyambut pagi
setiap hari selalu begini
menanti dan menanti lagi

ku matikan televisi ku
ku benahi ranjang kecil ku
ku tata ruang kamar ku
ku buang sampah makanan ku

ku pergi ke kamar mandi
membersihkan diri ini
juga menggosok gigi
tak lupa ku makan pagi

menanti kehadiranmu ke sini
mungkin kah itu hanya mimpi
atau hanya harapan yg dingin
yg tak kan pernah ku miliki

telpon dari mu cukup membuat ku tersenyum
tersenyum kagum melihat kau peduli thd ku
walau sedetik aku mendengarkan suaramu
cukup untuk senyum 1 menit ku

ku hanya berharap
semoga kau sehat-sehat saja
krn ku membutuhkan perhatian mu
krn ku sayang kepada mu

Tanpa Judul

Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur

RINDU

rindu….
semua telah aku buang melalui sang waktu
bersama sang angin aku berkelana
hingga aku tak lagi membutuhkanmu
rindu….
kau adalah omongkosong
yang mampu bersembunyi dibalik sebuah hati pada setiap insan yang lemah
dan membiusnya dalam perjumpaan yang tak berarti
rindu….
jangan pernah lagi engkau hadir pada diriku
karena rinduku telah sirna
bersama lukaku olehnya

NUKILAN CINTA



Bercium cinta gundah dan lara
Bunyi kicau burung gagak
Sedih sembunyikan suara gelak
Lelah tidak terasa hingga cinta.

Aku cinta
Aku cinta
Aku mencintai
Mu.

Jalan bersimpang, teduh oleh pohon rindang
Menang, cinta, asmara, mesra, aku bahagia
Keringat itu aroma usaha
Kotoran itu warna kumandang.

Aku cinta
Aku cinta
Aku mencintai
Mu.

Lembayung Menguning

Awan
Kelabu kian mendekat
Tatkala padi bergoyang
Sepoi samirana berhembus
Tak ada percikan api
Tak ada kemurkaan guntur
Tatkala matahari sirna
Menguning lembayung
Merasakan perih, hilang digdaya
Nelangsa …

Aku
Hanya menulis
Kata demi kata
Tatkala sungai mengalir
Hulunya mengering

Awan
Kelabu itu kian mendekat
Aku beratapkan kelabu itu
Tatkala kutulis bait-bait perih
Lirih … gamblang
Merasakan perih, hilang digdaya
Nelangsa, lagi…

Aku Sayang Kamu

Aku sayang kamu….
banyak kawanku tahu
aku bukan nak tipu
di hatiku hanya kamu

Aku sayang kamu…
mengapa begitu??
kamu tak perlu tahu
Sesungguhnya Tuhan lebih tahu
rasa hatiku padamu

Aku sayang kamu…
kenapa kamu tak ambil tahu
beritahu jika kamu tak sayang aku
supaya aku tidak tertunggu-tunggu
bila sampai waktu itu
akan ku melupakanmu…………

Puisi: Romantis




Cinta pada Nya

Cintamu hanya karena cinta pada Nya….
Cinta nan indah bersandarkan taqwa…
Cinta yg bentuk crystal lembut dihatimu..
Cinta yg memancar terangi crystal hatimu….
Cinta kepada-Nya adalah cinta sebenarnya.. ..
Cinta dalam ketentuan aqidah-Nya.. .
Cinta yg selalu bersenandung surga…
Cinta lembut penuh kasih sayang-Nya.. .
Semoga Cinta itu kita miliki sepenuh jiwa…
Jiwa yg tenang akan dzikir-Nya.. .
Cinta yg basah dengan lantunan lidah akan nama-Nya..
Cinta yg suci semulia akan kehadirat-Nya. ….




Cinta untuk mu selalu

Hai cinta….tahukah engkau kisah dua dunia?
Yang bercerita tentang hati yg berbunga-bunga. ..
Yang membawa ku melayang keudara…
Yang berkisah tentang gita cinta SMA…

Cinta….ku letakkan kau kedasar hatiku…
Dan kusemai indah engkau selalu..
Ku jaga sepenuh raga dan jiwaku…
Tuk gapai cinta yg selalu kurindu…

Cinta….ku tak ingin ini berlalu…
Saat cintaku sudah berlabuh..
Didermaga cinta nan biru…


Mawar Jingga

baru sekali kita bersua,
baru malam itu kita saling sapa
dan baru saat itu pula kita memulai…
aku masih sering terbayang keindahan tentangmu…
ketika terdiam tanpa kata-kata..
ketika kukecup keningmu..
ketika ku elus lembut alismu
dan ketika kucumbu mesra bibirmu…
ah. …Mawar Jingga…ku. ..
biarlah kita berjalan seadanya,
jangan dilebihkan dan jangan pula dikurangkan. ..
karena sesungguhnya diantara kita sudah tumbuh rasa CINTA…
Mawar Jinggaku…
peluklah aku denganb selimut hatimu..
dan hangatkanku dengan bara cintamu..


Cinta untukmu selalu….

Bulanku


Bulanku…
Cahayamu semakin redup
Letihmu kian terasa
Semangatmu semakin luntur
Matahari tak mampu lagi memberi kekuatan
Dirimu mulai menghitung detik-detikmu

Bulanku..
Akukan tetap duduk disini
Memandang keindahanmu
Akukan tetap duduk disini
Mengenang keindahanmu


Tak Lagi Mampu

aku tertunduk
saat sorot mata tajamnya menatapku…lekat
menusuk ke relung hatiku
mempertanyakan gundahnya

kata yang seharusnya indah
terdengar seperti tak berirama

jangan tawarkan kebahagiaan
jangan jaminkan kehidupan
jangan janjikan kesetiaan
bila kau tak mengerti itu apa

dan jangan biaskan cinta
karena ia adanya di rasa
dan aku sudah tak punya
bahkan sedikit sisapun tak ada

jangan!!!!
jangan bertamu mengatas namakan cinta
karena tak akan kusuguhi dengan nikmatnya cinta
walaupun hanya sedikit kata indah
tak kan pernah

aku tak lagi mampu mencinta

RINDU

sengaja..kulalui jalan itu
mengenang setiap sudut
yang pernah kusinggahi
saat bersamanya

sengaja ku buka lembaran itu
mengingat setiap kata
yang pernah terucapi
ketika masih bersama

kulepas kepergian mu
seperti saat kuterima hadirmu
namun …
hari ini
aku sangat merindu

MEMAJANG LANGIT

Kupajang langit
Malaikat-malaikat merintih
Dalam tidur yang sepi
Bulan terbakar
Dan sajak-sajak lahir dari kebencian
Matahari. Aku tarik segenap luka
Dan bau busuk orang mati
Nafasku jadi buruk
Dan dipenuhi niat jahat yang suci
Aku ubah bumi jadi puing-puing
Bersekutu dengan iblis
Atau bayang-bayang hantu di malam hari
Aku tapaki jurang-jurang kegelapan
Yang ditorehkan burung-burung hering
Menatap kekuasaan dengan mata
Yang bengis. Kubiarkan
Lumpur-lumpur melompat dan banjir
Yak terbendung lagi. Menyeret mobil-mobil
Dengan darah dan seratus keringat musim:
O betapa khidmat kelicikan mengubah hari
Jadi sungai-sungai sampah yang pesing
Ada bangkai-bangkai tikus
Dan para pengemis yang memberi makan
Kucing-kucing kurus. Seolah membuka-buka
Mimpi, meneteki tanah dengan seribu
Kebosanan yang keji
Ketika gelap sedemikian gaib
Dan bunyi hujan menjelma pesta
Dari seribu kematian yang picik
Aku berpegang teguh pada angin, mencari-cari
Maut pada segenap ranjang yang sedih
Dan dalam segenap hasrat yang paling jijik
Berlingkaran seperti seekor cacing
Menghisap puting-puting anyir
Dari pelacur-pelacur tua yang bunting
1998.

PADA MATAMU YANG BENING

Pada matamu yang bening
Tahajud daun-daun
Kuinsyafi dalam luka dan batu-batu
Bunyi-bunyi guruh meluap dan membutakan diamku
Bau-bau hujan seperti birahi-birahi musim
Yang menggeram dengan kapak dan sekalian palu
Dan ketika kilatan-kilatan petir memecut
Membakar langit dan pohon-pohon Randu
Seperti radang kesunyian yang melesatkan bara
Dan tombak-tombak unggun
Ribuan anggur kureguk
Lewat geliat gelubat kabut yang memeriahkan sedu
Seperti peronda-peronda kota
Yang selalu bertanggung jawab
Pada setiap hening dan lelehan-lelehan salju
Dari setiap sakit yang tak tersmbuhkan
Atau kudeta-kudeta panjang yang bergerak lambat
Seperti kristal nafasmu. Tapi belati-belati rindu
Adalah genangan-genangan darah yang mengombak pada bibirmu
Memerah seperti gincu, meledak seperti rastusan peluru
Akar-akar membasah, tapi waktu seperti kemaluan
Bumi yang rapuh. Kini, aku pun mencapai
Kebeningan kelabu. Dan jejak-jejak kaktus merancak
Menusuk kakiku, kubiarkan setiap pesta angin
Mengajariku bercakap dengan ratusan bangkai atau patung
Patung batu, mengajakku setubuh di samping ambalmu
Mengikhlaskan seratus pembunuhan seperti permainan marak
Dari cahaya dan kepompong-kepompong embun:
Tempat di mana sajak-sajak bermula dan para pejalan
Menyaksikan bendera-bendera dikibarkan seperti gelombang rambutmu
1998.

MANAL PRALAYA

Aku tak lagi berhadapan
Dengan harapan, kiranya. Menjelma
Kesenyapan yang dibawa jarak
Dan kematian. Serupa kerikil dan jalan
Jalan raya, hatiku pun penuh pengemis
Dan para pengamen
Membingkai kemiskinan, menyimpan
Kebencian pada mobil-mobil yang berjalan
Aku pulung segenap ganja
Dan bangkai-bangkai lelaki tanpa kepala
Memberitahu, bagaimana Maut bergerak
Mengayun-ayunkan kapak dan parang-parang juga
Aku sadar jika segala peristiwa
Telah menjelma hantu
Dan burung-burung yang melintasi selokan
Menemui bulan, juga gerhana penuh darah
Berserakan. Segenap gagasan jadi berledakan
Di kemaluanku, menyaksikan gedung-gedung
Tumbuh dan dibakar penduduk, di matamu
Menggali-gali kubur, menjilat-jilat gemuruh
Yang melumuri badai dan ratusan geludhuk
Semacam retakan-retakan batu yang terlempar
Ke arahmu, Neraka datang bersamaku
Berputar-putar, mencumbu pelacur-pelacur tua
Yang mesum. Seolah bersetubuh
Menciptakan bayang-bayang kabut dari kutu-kutu
Rambutmu yang harum, mengenyot puting-puting
Payudaramu, memilin klentit-klentit
Vaginamu yang penguk: di mana maling-maling ayam
Digantung, diarak sepanjang kampungmu
Sepanjang kampungku
1998.

GEHENNA

Aku berjalan ke arah matahari
Arak-arakan rama bagai larungan sampan di atas sungai
Styx yang merah. Dari puing-puing bekas
Gereja, kulihat bangkai-bangkai awan
Seperti lembaran-lembaran langit yang dilimpahi arwah
Dan warna gerimis yang padam. Tapi selalu gagal
Membaca aroma tanah, seperti letak puting
Susumu yang tegak bagai pilar-pilar bara dalam kobaran api
Atau pelukan sungai yang membawamu pada gerhana
Ada darah, bunyi-bunyi senapan seperti ledakan
Pada ambal yang payah. Dalam kegelapan
Yang mengubah dunia jadi Maut dan cahaya. Jadi ceceran ingus
Dari para pejalan yang kehilangan rumah dan peta-peta:
O engkaukah suara, gumpal-gumpal payudara yang melukis tahun
Dalam impian lazuardi dan sperma, dengan cuaca-cuaca
Yang tercekik dan tertahan pada laju taufan dan ombak, seperti rasa
sedih
Atau bahasa-bahasa kangkung yang menjadi isyarat lain bagi perdu:
Semacam anyelir atau pikiran-pikiran yang beracun
Barangkali mataku terlampau cemburu pada sesuatu yang tak ada
Dan lewat letupan-letupan sayap yang menghisap kupu-kupu
Dan seratus kunang, seperti seratus kata sunyi yang terbakar kelamin
Atau aku yang terus berjalan ke arah matahri
Meski harapan hanyalah manik-manik yang menutup musim dan menjadi
Sebuah kerabunan bagi hening: padang, di mana Kristus dan Judas
Bertukar tangkap dalam sepi, ketika salju mencair
Dan seluruh bumi terangkat, seperti bayang-bayang orang suci, sebelum
engkau
Tersadar dan aku menemukan jalan untuk kembaliĆ¢€¦
1998-1999.

SEPERTI PERCIKAN GERIMIS

Seperti percikan-percikan gerimis yang berkilau pada daun
Tombak-tombak musim melesatkan keperihanku
Anak-anak kunang berpendar dan melepaskan waktu
Butir-butir embun menyusut di dasar jejakku
Akar-akar menyerap setiap buluh kelabu
Rumput-rumput memeluh di sepanjang langkahku. Tapi seperti
Keheningan yang menjelma menara setelah jalan yang meliuk itu
Semuanya terlihat begitu berkilau dan runtuh
Seperti ingin menopang angin
Aku catat semuanya dalam sajak-sajak bening
Udara penuh kebisuan dan warna cuaca yang dingin
Seluruh kesunyian tegak dan menjelma retakan-retakan dinding
Lantas mencari aroma mayatku yang sedih
Kini, segalanya telah saling berhadapan dalam senyap yang nyaring
Meski patung-patung telah terbakar. Dan pada kuburan
Kesepianku yang asin seribu cahaya telah diterjunkan di sana
1999.

PANEMBRAMA

Di antara tabir tebing kelam
Dan ceruk jurang malam
Kubayangkan
Lekuk liuk tubuhmu yang sintal
Dadamu yang gumpal
Serta putik puting susumu yang terjal
Bagai pilar-pilar penyangga menara
Kesunyianku berdamai
Dengan seluruh luka dan lidah-lidah halilintar
Berdentam-dentam di penjuru mega
Berjuntaian bagai jenggot-jenggot kilat
Menjelma isyarat-isyarat tajam
Yang membakar awan
Dan seluruh gugusan cakrawala
Kenangan dan harapanku menjemput
Segenap ratap, juga harum aroma
Nafasmu yang swarga
Dan ketika bias binar bulan pucat, membentur
Dinding dan sekalian tembok-tembok plaza
Berusaha menginsyafi muram
Tapi selalu gagal meramalkan wajah malammu yang lindap
Lumut, akar dan rerumputan
Menyerap tuba keterasinganku yang pekat
Melesakkannya ke dalam farji bumi
Yang adas, lantas mendetakkannya kembali
Sebagai ribuan gempa
Di mana pelir penguk langit muncrat
Memuntabkan sperma, juga maki darahku yang laknat
Aku ingin sekali memberinya nama
Dengan seluruh hasrat
Dan kesendirianku yang bejat
Memeluk gerak gerah kesyahwatanmu yang giras
Membiarkan seluruh Maut bertandak
Bertayub dengan kafan dan seluruh kematian
Hingga mataku buta dan mayatku remuk berceceran
1999.

PERTOBATAN BURUNG-BURUNG

Kuikuti seribu laku
Yang menjelma pertobatan burung-burung
Kebisuan merupa retakan tanah
Yang mengekal pada batu
Kerinduan adalah bahasa lain
Yang menjelma bentuk-bentuk guratan pada perdu
Bayang-bayangku jatuh, melindap dan beku
Tak ada cahaya
Bahkan kegelapan menjelma suara-suara gaib
Yang diluncurkan kabut. Keperihan
Gerimis yang pemurah mengelus leherku
Lalu lidahnya yang hangat mencercap jasadku
Seperti orang-orang yang berciuman di balik gerumbul
Kesunyian merayapi makamku
O betapa kegamangan telah menjadi
Begitu mengerikan serupa
Gerak tanganmu. Tidurlah bersama burung-burung
Sebab setelah aroma angin yang senyap itu
Seribu musim telah berlalu. Seperti perahu-perahu
Dengan warna malam di lingkar lehermu
Kegalauan yang pemurah membunuh mayatku
1999.

FRAGMENTASI 191299

Lewat keheningan yang tak
Dibasuh Sorga
Kuurai serobu dzikir dan kata-kata
Yang tak diinginkan Tuhan. Kegelapan menjelma
Guntur yang meledak di utara. Lalu
Dari reruntuhan gedung-gedung dan menara
Seperti tarian-tarian lelawa
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Kerinduan-kerinduanku tak ubahnya
Patung-patung retak di taman
Taman. Harapan-harapanku serupa trowongan
Trowongan pengap dengan seribu pengemis
Yang tertidur di dadanya
Seperti persetubuhan antara musim dan derita
Dengan anak-anak kunang yang melingkarinya
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Seperti daun-daun yang runtuh
Dan dikuyupkan hujan
Aku adalah seribu tahun dalam penampakan
Bening yang merindukan Isa. Dan
Di antara barisan-barisan lumut yang ditumbuhi
Dinding-dinding rengat, menjelma sajak
Sajak lindap yang membekap dan begitu bebal
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Dikekalkan dari timbunan mayat
Dan anyir darah
Demikianlah, kuamini diriku, begitu perih
Dan terlunta. Dan pada seribu ledakan taufan
Menjeritkan seluruh persalinan gagak
Gagak. Seperti keriuhan para perusuh atau kota
Yang dibalur bara, dengan matanya yang bulat bejat
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
1999.


Dawai Sang Sufi

Hidup adalah ibadah
Dalam ayat-Nya Allah berfirman,
Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'bududun
Lama aku tidak percaya dengan ayat ini
Fikirku aku hanya disuruh shalat, puasa dan dzikir
Apalagiketika aku berfikir tentang ayat,
Wa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yakin,
Demi Allah, aku tidak sanggup untuk beribadah terus menerus...
Aku bingung
Aku takut
Aku lari dari pendapatku sendiri

Suatu hari aku bertanya kepada guruku
Guruku mengatakan, "Tidak salah pendapatmu, tapi kurang".
Ketahuilah.....
Dalam ayat lain Allah juga berfirman
Wala tansa nasibaka minaddunya
Dan La yukallifullahu nafsan illa wus'aha
Jelas Allah tidak hanya menyuruh kitauntuksholat dan puasa
Allah juga menyuruh kita untukmencari dunia
Bahkan Allah melarang kita untuk membebani diri kita dengan beban yang berat
Sehingga kita tidak mampu memikulnya
Walaupun itu ibadah

Ketauhillah.....
Ibadahitu bukan bentuk lahirnya
Banyak perkara dunia yang berubah menjadi amal dunia karena niat
Banyak perkara yang kadang menurut kita tidak ada nilainya tetapi
Disisi Allah sangat berharga
Engkau makan,minum, tidur, cari nafkah, menikah
Tetapi di niati untuk menguatkan ibadah
Itulah arti Wama kholaqtul jinna wal insa illa liyakbudun
Dan engkau dapat istiqomah sholat, puasa, dzikir
Dengan bantuan makan, minum dan menikah
Itulah artiWa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yaqin
Jikaengkau sholat, puasa tetapi tidak makan dan minum
Pasti engkau akan mati
bukankah ini bunuh diri dan jelas tidak ibadah ?
Engkau hanya sholat, puasa dan dzikir tetapi tidak menikah
Sehingga suatu ketika terjerumus zina, apakah arti semua ibadahmu ?

Ingatlah Allah pencipta manusia dengan ukuran dan aturan
Janganlah engkau mempertahankan kebodohanmu
Janganlah engkau hancur hanya karena pemahamanmu yang salah
Dan ingatlah pesan Allah Alladzina yastami'unal qoula
Fayattabi'una ahsanah.....
Orang-orang yang mendengarkan pendapat
Kemudian mengikuti pendapat yang paling bagus
Merekalah yang diberi petunjuk Allah
Dan merekalah orang-orang yang beruntung.....

Keagungan Ilahi

Ratu malam sang rembulan
Raja siang sang matahari
Keduanya selalu bertentangan,

Tarik menarik
Dorong mendorong
Saling menguasai,
Seolah selalu bertanding tiada henti

Tiada yang kalah
Tak ada yang menag,
Karena dengan kedua sifat yang bertentangan ini
Seluruh alam semesta bergerak!

Dunia berputar,
Saling mengisi,
Yang satu melengkapi yang lain
Tanpa yang satu
Takkan ada yang lain,

Siang dan malam
Terang dan gelap
BAik dan jahat
Tanpa yang satu,
Apakah yang lain itu akan ada?
Tanpa adanya gelap,
Dapatkah kita mengenal terang?

Inilah sebuah kenyataan
Yang telah dikenhendaki Allah
Tanpa kehendaknya, takkan terjadi apa-apa

Keindahan Fantasi Cinta

Riuh... ramai... gaduh... dan penuh kegembiraan
Taman hati berwarna warni
Panggung rumah paru-paru berdiri kokoh
Kolam cinta mengalir indah keawan kasih

Badan terasa sejuk...
Segar tak terkirakan
Rumput selaput nadi bergoyang lembut
Di tiup angin cinta sejati

Burung camar jantung menukik pelan
Hinggap di pohon tulang iga putih
Matanya melihat kearah taman hati
Pandangannya terpesona oleh pemandangan cantik

Bidadari cinta dan pangeran kasih sayang
Bersenda gurau diangan yang tinggi
Hati pun gembira...
Jiwa pun lega...

Ya Allah...
Abadikan keadaan ini
Agar menjadi pedoman
Bagi hati yang saling menyatu

Mentari sanubari tersenyum riang
Alam jiwa bergembira ria
Serentak...
Jiwa0jiwa riang berdansa di sekitar taman hati
Oooh...
Indahnya fantasi cinta

Wajahmu

Mungkin kau berencana pergi,
seperti ruh manusia
tinggalkan dunia membawa hampir semua
kemanisan diri bersamanya

Kau pelanai kudamu

Kau benar-benar harus pergi
Ingat kau punya teman disini yang setia
rumput dan langit

Pernahkah kukecewakan dirimu ?
Mungkin kau tengah marah
Tetapi ingatlah malam-malam
yang penuh percakapan,
karya-karya bagus,
melati-melati kuning di pinggir laut

Krinduan, ujar Jibril
biarlah demikian
Syam-i Tabriz,
Wajahmu adalah apa yang coba diingat-ingat lagi oleh setiap agama

Aku telah mendobrak kedalam kerinduan,
Penuh dengan nestapa yang telah kurasakan sebelumnya
tapi tiada semacam ini

Sang inti penuntun pada cinta
Jiwa membantu sumber ilham

Pegang erat sakit istimewamu ini
Ia juga bisa membawamu pada Tuhan

Tugasku adalah membawa cinta ini
sebagai pelipur untukmereka yang kangen kamu,
untuk pergi kemanapun kaumelangkah
dan menatap lumpur-lumpur
yang terinjak olehmu

muram cahaya mentari,
pucat dingding ini

Cinta menjauh
Cahayanya berubah

Ternyata ku perlu keanggunan
lebih dari yang kupikirkan

Bayang-bayang Nabi

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan para pemimpin ?
"Membela yang lemah dan membantu yang miskin" jawab Nabi.

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan ulama ?
Memberi contoh yang baik dan mendukung pemimpin
YAng membela orang - arang lemah" jawabnya

Ya Rasulullah ... apa yang harus dilakukan orang-orang lemah dan miskin ?
"Bersabarlah, dan tetplah bersabar
Jangan kau lihat pemimpinmu yang suka harta
Jangan kau ikuti ulamamu yang mendekati mereka
Jangan kau temani orang-orang yang menjilat mereka
Jangan kau lepaskan pandanganmu dari para pemimpin dan ulama yang hidupnya juhud dari harta"

Ya RAsulullah... Pemimpin seperti itu sudah tidak ada
Ulama seperti itu sudah menghilang entah kemana
Yang tersisa adalah pemimpin serakah
Yang tertinggal adalah ulama-ulama yang tama'
Banyak rakyat yang mengikuti keserakahan mereka
Ummat banyak yang meneladani ketamakan mereka !
Apa yang harus aku lakukan, Ya... RAsulullah !
Siapa yang harus aku angkat jadi pemimpin ?
Siapa yang harus aku ikuti fatwa-fatwanya ?
Siapa yang harus aku jadikan teman setia ?

"Wahai ummatku...
Tinggalkan mereka semua
Dunia tidak akan bertambah baik sebab mereka
Bertemanlah dengan anak dan istrimu saja
Karena Allah menganjurkan, "Wa 'asiruhunna bil ma'ruf"
Ikutilah fatwa hatimu
Karena hadits mengatakan, "Istafti qalbaka, wa in aftaukan nas waftauka waftauka"
Dan angkatlah dirimu menjadi pemimpin
Bukankah, "Kullulkum Ra'in, ea kullukum masulun 'an ra'iyyatihi ?"