Pura-pura Tidur

Saya sedang menikmati kesendirian dengan penuh “penghayatan”, ketika mendadak lampu kamar mandi mati. Dari luar kamar mandi terdengar langkah-langkah kecil berlari menjauh. Segera bisa ditebak ini pasti ulah salah seorang keponakanku yang usil mematikan lampu.

Begitu bergegas keluar karena adanya interupsi tersebut, segera saya mencarinya di kamar mereka. Rupanya mereka sedang tertidur di kasurnya masing-masing dengan wajah innocent. Tapi saya bisa melihat secuplik senyum tersembunyi di ujung bibir seorang di antaranya, yang sepertinya berusaha keras menahan tawa. Apalagi ketika saya coba dekatkan tangan, terasa jantungnya berdegup kencang. Rambutnya juga tidak terlihat acak-acakan layaknya orang tidur. A-ha … gotcha … ketahuan siapa tersangka utamanya. Pasti dia masih dag-dig-dug karena melarikan diri dari TKP, dan nafasnya tidak beraturan seperti mimpi dikejar buto cakil.

Baiklah, saya akan biarkan dia sehingga gembira mengira bisa mengakaliku dengan pura-pura tidur, tapi dalam hati sudah siapkan rencana counter-attack… he he he … tunggu pembalasanku ….

Ketika SMP saya mengikuti perkemahan pramuka. Sampai larut malam kami masih asyik bercanda di tenda sambil menggoda yang sudah tidur duluan. Mungkin karena terlalu ribut, ditegur oleh guru pembina pramuka. Karena takut didatangi, segera kami berpura-pura tidur. Ada yang selimut atau sarung diselubungkan ke sekujur tubuh, ada yang wajah ditutup handuk. Maklum tidak pernah ikut casting, jadi gampang ketahuan dan dimarahi guru pembina. Acara tidur siang bagi sebagian anak kadang dirasa seperti dikungkung. Jamnya tidur siang masih saja bermain-main. Tapi buru-buru ke kamar tidur dan pura-pura sudah tertidur nyenyak begitu dilihat ortu datang. Tapi ortu bisa menebak, soalnya posisi tidurnya tidak terlihat natural, atau letak selimut “terlalu sempurna”. Konyolnya, ada yang telapak kakinya masih item, belum cuci kaki .. ha …ha…. Namanya juga anak-anak, belum profesional berlagak pura-pura tidur. Kalau menurut anda bagaimana cara mengetahui seseorang itu pura-pura tidur atau beneran?

Sebenarnya kita juga sering pura-pura tidur waktu di angkutan umum. Misal ketika sedang naik ka ekonomi atau bis kota, biar tidak disambangi pengamen atau peminta sumbangan. Wah, tapi pengamen sekarang ada yang galak juga, biarpun tidur beneran tetap aja dibangunin. Pernah saya pura-pura tidur dicolek, saya diem saja. Eh dicolek terus, “Mas … Mas karcisnya Mas …”, suara Pak Kondektur … he he he sorry Pak salah kira … Hayo mungkin anda pernah pura-pura tidur karena penumpang yang duduk di sebelah ceritanya monoton dibolan-baleni (diulang-ulang) terus sampai mendem mendengarnya.

Pura-pura tidur juga bisa dijadikan taktik untuk mengusir secara halus bila sedang tidak berkenan. Misalkan sudah berencana mau mengerjakan sesuatu, tiba-tiba ada teman datang ke rumah. Tapi mau menolak nggak enak. Nah, setelah beberapa lama ngobrol, mulailah pura-pura terkantuk-kantuk dan tidur. Kalau yang pangerten sih bakalan segera pamit, tapi ada juga yang tetap bertahan meski panjenengan sudah menguap berkali-kali sampai mengalami defisit abab. Konon kalau kita didatangi binatang buas yang sudah terlanjur dekat, sehingga tidak sempat lari, ada cara menyelamatkan diri dengan pura-pura tidur atau mati. Tapi mungkin juga itu tergantung binatangnya. Wah kalau saya sampai didatangi binatang semacam harimau atau beruang segede kebo, mungkin aktingnya bakalan benar-benar meyakinkan, soalnya langsung … jatuh pingsan. Traumanya bisa berlangsung cukup lama sampai tiap malam mimpi dikeloni macan.

Baiklah teman-teman, kalau ingin pura-pura tidur tanpa ketahuan, cobalah sambil ngiler secukupnya, kurang lebih tiga sendok makan. Pasti saat melihat iler yang pating dlewer tersebut, orang akan percaya kalau panjenengan itu benar-benar ….. njelei tenan …..

0 komentar:

Posting Komentar