Boys Before Flowers Episode 22


"Jun-pyo sangat kecewa saat tahu Jan-di sama sekali tidak berusaha mencegahnya menikahi Jae-kyung, kekecewaan yang sama juga dirasakan oleh rekan-rekan F3nya."


Jan-di kembali menjadi korban. Karena Jun-pyo tidak juga keluar dan membuat semua tamu resah, Nyonya Kang bertindak cepat dengan menculik paksa Jan-di. Setelah itu, ia mengirim pesan singkat ke ponsel sang putra. Ancaman tersebut sukses membuat Jun-pyo dengan berat hati melangkah ke altar pernikahan, namun kejutan kembali terjadi.

Tidak ada yang menyangka bahwa Jae-kyung sendiri yang menyatakan keberatan dengan pernikahannya (yang kemudian disusul oleh F3), kenyataan tersebut membuat Nyonya Kang dan kedua orangtua gadis itu marah besar. Jae-kyung ternyata sangat cekatan, ia berhasil membebaskan Jan-di dan langsung menyuruh Jun-pyo untuk menyusul gadis yang dicintainya itu. Gembira karena akhirnya bebas, Jun-pyo langsung menyusul Jan-di dan begitu bertemu muka, ia tidak ragu-ragu untuk memeluk gadis itu dengan erat.

Ketika tengah termenung sendirian, Jae-kyung didatangi oleh Ji-hoo. Pembicaraan antara keduanya berlangsung menarik, Jae-kyung menyebut bahwa alasan dirinya dan Ji-hoo gagal adalah karena keduanya kurang ambisius. Mengatakan bahwa dirinya bakal bertolak ke New York keesokan harinya, Jae-kyung menitipkan sebuah barang berharga untuk diberikan pada Jan-di : kalung bintang-bulan. Sambil tertawa, Jae-kyung mengaku sempat berharap bahwa inisial di kalung tersebut adalah untuk Ji-hoo dan Jan-di.

Sementara itu, Jun-pyo dan Jan-di akhirnya tiba di sebuah vila mewah dengan sebuah meja makan yang telah didesain untuk makan malam yang romantis. Dengan suara pelan, Jan-di menyatakan keheranannya terhadap Jun-pyo, pemuda yang memiliki segalanya namun memilih gadis seperti Jan-di yang tidak punya apa-apa. Dengan gayanya yang khas, Jun-pyo menyebut bahwa sosok Jan-di yang apa adanyalah yang justru membuatnya jatuh cinta.

Suasana semakin romantis ketika keduanya bersama-sama melihat bintang dengan menggunakan teropong, ucapan Jun-pyo soal teropong tersebut sempat membuat Jan-di simpati. Namun Jan-di tetaplah Jan-di, ucapannya yang polos membuat Jun-pyo kembali ceria, ia berjanji tidak akan membuat janji yang tidak bisa ditepati sambil mengungkapkan perasaan cintanya pada gadis itu.

Keesokan harinya, Jun-pyo dan Jan-di kedatangan F3. Begitu mendengar soal Jae-kyung, keduanya langsung bertolak ke bandara. Perpisahan antara Jae-kyung dan Jan-di berlangsung mengharukan, Jae-kyung sambil setengah bercanda meminta Jan-di untuk mempertahankan hubungannya dengan Jun-pyo meski berat. Sambil menahan air matanya, Jae-kyung bergegas naik ke pesawat sambil membawa satu-satunya kenangan berupa sepatu yang pernah diperebutkannya dengan Jun-pyo (yang sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan pemuda itu).

Begitu kembali ke rumah, Jun-pyo langsung disambut oleh kemarahan Nyonya Kang, yang memutuskan untuk tidak mengijinkan sang putra keluar dari kamarnya. Seolah masih belum cukup, Nyonya Kang menemui Jan-di yang tengah bekerja di restoran dan menuduh gadis itu sebagai orang yang licik. Sebelum berpisah, sang direktur Shinhwa mengancam bakal membuat Jan-di menyesal telah merusak rencana yang telah disusunnya dengan rapi.

Nyonya Kang langsung terdiam begitu Kakek Yoon muncul sambil menegur wanita itu. Dengan suara berwibawa, sang kakek menyebut Jan-di adalah calon cucu menantunya. Belakangan kepada Ji-hoo, Kakek Yoon menyebut bahwa hal itu dilakukannya untuk melindungi Jan-di. Bahkan, pria setengah baya itu mengaku bahwa menurutnya Ji-hoo dan Jan-di tidak cocok sebagai pasangan.

Kejutan bagi Jan-di belum berakhir. Suatu saat, tiba-tiba ia didatangi Tuan Jung, yang meminta gadis itu utuk menemani seorang pria yang tengah berada dalam keadaan koma. Menolak untuk membeberkan identitas pria tersebut, Tuan Jung menyebut siap membayar Jan-di untuk menemani sambil sesekali membacakan cerita. Karena tengah membutuhkan uang, Jan-di langsung setuju.

Meski sempat tidak setuju mendengar Jan-di tinggal di rumah Ji-hoo, Jun-pyo sadar bahwa itulah yang terbaik bagi sang kekasih. Karena tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, praktis Jun-pyo terisolir dikamarnya. Sementara itu di saat yang sama, Jan-di mulai menjalani hari-harinya sebagai pendamping seorang pria yang tengah terbaring koma. Saat tengah membacakan cerita, ia langsung teringat dengan Ji-hoo, pria yang selalu ada di saat dirinya membutuhkan kehadiran seseorang.

Sempat membantu Ji-hoo mencuci mobil, Jan-di tengah bersantai saat pemuda itu membacakannya sebuah puisi. Rupanya, itulah cara Ji-hoo untuk mengutarakan perasaan cintanya pada Jan-di. Sayangnya saat Ji-hoo menoleh untuk melihat reaksi Jan-di, gadis itu ternyata sudah tertidur.

Woo-bin tidak tinggal diam melihat Jun-pyo disekap, keduanya mulai menyusul siasat. Berkat bantuann kelompok mafia bawahan Woo-bin, Jun-pyo berhasil lolos dan langsung mengajak Jan-di untuk bertemu. Begitu mendengar kalau gadis itu tengah sibuk menjaga seorang anak laki-laki, Jun-pyo sempat terdiam.

Jan-di sendiri tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama Jun-pyo, ia mengusulkan supaya keduanya berkencan sambil menjaga anak. Meski sempat marah-marah karena merasa perhatian Jan-di terpecah, Jun-pyo akhirnya bisa berdamai dengan anak laki-laki yang tengah diasuh Jan-di.



0 komentar:

Posting Komentar